Sengeti, AP – Orang tua wali murid SMPN 9 Kabupaten Muarojambi dibuat resah dengan adanya isu bahawa kepala sekolah tersebut akan melaksanakan perpisahan sekolah di rumah ibadah.
Hal tersebut terungkap dari informasi salah satu siswa yang akan mengikuti perpisahan, mendengar informasi tersebut orang tua wali murid merasa akibat ucapan anaknya akan melakukan perpisahan di gereja.
Meski para orang tua wali murid dan siswa tidak setuju dengan keputusan kepala sekolah namun mereka tidak berani untuk menolak keputusan dari kepala sekolah,”Yang jelasnya banyak tidak setuju, cuma takut mau protes,” ungkap salah satu orang tua murid yang meminta namanya tidak sebutkan.
Ia, menjelaskan, biasanya perpisahan di lakukan di sekolah, akan tetapi perpisahan kali ini di adakan di gedung yang sering di gunakan oleh umat kristen beribadah.
“kami masa terkejut mendengar anak kami yang mau perpisahan di gedung yang sering di pakai untuk beribada umat kristen pada hari sabtu dan minggu,” jelasnya.
Lanjutnya, kepala sekolah SMPN 9 tidak pernah mengundang wali murid terkait tempat perpisahan yang diduga gereja, karena sering di gunakan untuk beribadah umat kristiani
keputusan sepihak oleh kepala sekolah mendapat tanggapan dari Dewan Pendidikan Jambi Profesor Mukhtar Latif Mpd, mengatakan pelaksanaan perpisahan di gereja tidak di bolehkan, pasalnya hal tersebut dapat memancing konflik.
” Oh tidak boleh itu, bisa mengundang konflik keagamaan.” katanya saat di hubungi melalui telepon selulernya.
Menurutnya, Rumah ibadah adalah tempat sakral beragama harus dijunjung tinggi oleh semua konunitas beragama, perpisahan bisa saja di lakukan di aula sekolah atau gedung dan tidak menggunakan ramah ibadah untuk melakukan perpisahan.
“rumah ibada tidak boleh disalahgunakan untuk kepentingan diluar agama. Apalagi akhir2 ini perihal beragama agak sensitif ditanah air.” tutup nya.
terpisah, Kepala Sekolah Lubis melalui wakepsek SMPN 9 muarojambi saat di konfirmasi Membenarkan akan di adakan di gedung tapi buakan di gereja. saat di tanya apa nama gedung yang akan di gunakan untuk acara perpisahan, ia enggan menyebutkan nama gedung tersebut.
“Acara perpisahannya bukan di gereja tapi di gedung, buat aja perpisahan di laksanakan di gedung,” katanya.
menurutnya keputusan menyewa gedung untuk perpisahan telah di sepakati oleh guru-guru di sekolah tersebut sehingga di putuskan lah tempat yang di sebutnya gedung pertrmuan.
“Pemilihan tempat perpisahan telah di sepakati oleh guru-guru, dalam rapat,” sebutnya.
Dijelaskannya, alasan memilih gedung yang namanya di rahasiakan tersebut karena tidak ingin melakukan acara perpisahan di sekolah. karena menurutnya sekolah tidak aman untuk melakukan acara perpisahan. karena banyak orang dari luar yang masuk dan dapat mengganngu kondusifitas acara perpisahan.
“Pada tahun-tahun lalu kita mengadakan perpisahan di sekolah la, tapi kayaknya di sekolah kurang aman, karena banyak orang luar yang masuk dengan memanjat pagar, dan mabuk-mabukan di lingkungan sekolah. selain itu bunga-bunga yang ada di depan sekolah rawan di pijak, oleh orang yang datang, makanya tahun ini kami coba melakukan acara perpisahan di gedung, dan bisa terhidar dari keributan dan gangguan orang luar,” tutupnya. bds