Jakarta, AP – Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Assyifa Szami Ilman mengingatkan bahwa solusi untuk mencegah malnutrisi di Indonesia adalah dengan mendorong kebijakan dengan harga pangan yang terjangkau.
“Harga pangan yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat penting diwujudkan. Salah satu manfaatnya adalah untuk mencegah peningkatan angka malnutrisi,” kata Assyifa Szami Ilman di Jakarta, Rabu, (17/10).
Ilman mengingatkan bahwa berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2013 yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan, kasus kekurangan nutrisi pada anak seperti “stunting” (kerdil) dan “wasting” (kurus) masih berada dalam kondisi kronis dan akut mengingat dua kasus ini menimpa 37,2 persen dan 12,1 persen balita di Indonesia.
Menurut dia, tingginya harga pangan pada akhirnya memang berdampak pada masyarakat, terutama masyarakat prasejahtera, karena 74 persen pengeluaran rumah tangga prasejahtera hanya dialokasikan untuk komoditas makanan.
Ketidakmampuan masyarakat yang tergolong prasejahtera dalam membeli makan akan mendorong perubahan pada pola konsumsi, dimana pilihan jenis pangan semakin terbatasi oleh harga dan pada akhirnya memengaruhi asupan gizi masyarakat tersebut.
“Hal inilah yang pada akhirnya mendorong tumbuhnya kasus malnutrisi di Indonesia,” katanya menjelaskan.
Untuk itu, ujar dia, dalam meningkatkan asupan nutrisi bagi masyarakat, diperlukan kerja sama dan tindakan kolektif dari semua pihak, serta masyarakat juga perlu mengubah pola makan agar lebih bernutrisi.
Selain itu, lanjut Ilman, pemerintah juga perlu melakukan sosialisasi mengenai pedoman gizi seimbang tersebut.
“Namun akan sangat disayangkan apabila makanan bernutrisi yang dibutuhkan tersebut pada akhirnya tidak akan mampu terbeli oleh masyarakat. Di sinilah peran harga pangan menjadi penting untuk diperhatikan pemerintah,” urainya. ant