Penulis:Tengku Gilang Pramanda, Tokoh Pemuda
PROVINSI Jambi adalah salah satu wilayah di Indonesia dengan populasi yang tercatat pada tahun 2024 mencapai sekitar 3.795.579 jiwa, di mana hampir separuhnya adalah kaum muda. Dengan angka tersebut, Jambi menempati urutan ke-19 dari 34 provinsi yang ada di Indonesia, menunjukkan posisinya di tengah-tengah populasi nasional.
Berdasarkan data pada tahun 2021, proporsi generasi muda di Jambi sangat signifikan, dengan Generasi Z mencapai 1.020.000 jiwa (29,17%) dan Generasi Milenial sebanyak 950.000 jiwa (21,80%). Sementara itu, Generasi X (yang lebih tua) sebanyak 760.000 jiwa (21,43%). Ini menunjukkan bahwa populasi pemuda Jambi merupakan aset berharga, sering kali disebut sebagai bonus demografi atau generasi emas.
Sebagian besar dari kelompok pemuda ini adalah sarjana dan aktivis yang kompeten, siap untuk mengisi posisi di pemerintahan, baik di tingkat eksekutif, legislatif, maupun sektor swasta, termasuk perusahaan-perusahaan domestik dan asing yang beroperasi di Jambi. Namun, kenyataannya, akses mereka ke posisi strategis sering kali terhalang. Para pemuda terjebak dalam sistem politik yang didominasi oleh kaum tua, dan mereka kerap dijadikan komoditas politik.
Tantangan ini diperparah dengan kebijakan pemerintah yang lebih mendukung elit pengusaha dan kontraktor besar, sering kali non-pribumi, yang justru mengesampingkan keberadaan dan potensi kaum muda. Kebijakan Gubernur Jambi seringkali tampak lebih mengutamakan ambisi pribadi daripada menjembatani generasi muda menuju peluang dan akses yang lebih baik.
Ketidakberpihakan Gubernur terhadap kaum muda menyebabkan keresahan di kalangan mereka. Generasi Z dan Milenial semakin sadar akan tantangan ini dan berpotensi untuk melakukan perlawanan terhadap pemerintah yang tidak memberikan perhatian yang semestinya pada masa depan mereka.
Meskipun ada banyak perusahaan yang berinvestasi di Jambi, sayangnya, akses terhadap lapangan pekerjaan dan kesempatan tidak sepenuhnya diberikan kepada pemuda.
Oleh karena itu, penting bagi mahasiswa dan aktivis muda untuk bersatu dan memastikan bahwa suara mereka didengar dalam pengambilan keputusan politik.
Kaum muda harus mampu menentukan arah perkembangan Provinsi Jambi dan berpartisipasi aktif dalam kebijakan yang ada.
Masyarakat harus menyadari bahwa kepemimpinan harus inklusif dan tidak mengabaikan keberadaan pemuda sebagai bagian dari pengambil keputusan. Gubernur Jambi perlu mengakui bahwa mereka adalah pelayan publik dan bukan hanya penguasa, serta harus membuka ruang bagi dunia muda untuk terlibat secara aktif.
Hanya dengan cara itu, Provinsi Jambi bisa bergerak maju dan memanfaatkan potensi generasi mudanya secara optimal.