Jakarta, AP – Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia DKI Jakarta (Hipmi Jaya), Affifudin Suhaeli Kalla berharap anggotanya dapat memanfaatkan sinergi dengan Persatuan Perusahaan Real Estat Indonesia (REI).
“Bagi teman-teman Hipmi yang ingin menekuni bisnis sebagai pengembang real estat kini kesempatannya terbuka luas setelah sinergi ini,” kata Affifudin yang akrab dipanggil Afi di Jakarta, Rabu, (17/10), usai penandatanganan MOU dengan REI DKI.
Afi mengatakan banyak dari anggota Hipmi Jaya yang termasuk generasi milenial sehingga juga merasakan sulitnya untuk mendapatkan rumah dengan penghasilan saat ini, untuk itu dengan kerja sama dengan REI DKI Jakarta akan banyak ilmu yang dapat digali.
Sedangkan Ketua Dewan Pimpinan Daerah REI DKI Jakarta, Amran Nukman mengatakan sampai saat ini bisnis properti masih dianggap seksi disamping energi, pangan, teknologi, dan keuangan.
Inisiatif Hipmi dengan menggelar seminar “Be The Next Property Preneur” sangat cocok dengan bisnis yang memang menjadi tren di berbagai negara.
Menurut dia, peluang bisnis properti di Indonesia sangat besar, pertimbangannya potensi lahan yang terhampar dari Barat ke Timur sangat luas sepanjang terdapat kebutuhan dan kesejahteraan pasti bisa digarap.
Memang untuk mewujudkannya pengusaha harus banyak belajar karena di dalam bisnis properti itu juga banyak aspek yang harus diperhatikan mulai dari perizinan, pembangunan, pengelolaan, sampai dengan perpajakan.
Amran mengatakan bagi pengembang baru REI memiliki program pelatihan yang diselenggarakan berkerja sama dengan Universitas Indonesia, saat ini sudah memasuki tahap 2.
Sementara itu Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat REI Soelaeman Soemawinata mengatakan berdasarkan asumsi pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar 1,2 persen per tahun berarti setidaknya setiap tahunnya terdapat 3 juta orang yang ke depannya membutuhkan hunian.
Pertumbuhan bisnis properti, menurut Soelaeman, sangat berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi di suatu daerah. Sebagai contoh munculnya pusat ekonomi baru seperti Labuan Bajo, Mandalika, dan beberapa lokasi lainnya dipastikan properti juga sedang tumbuh, ujar Soelaeman saat menjadi pembicara kunci seminar ini.
Soelaeman mengatakan garapan bisnis properti tidak sekedar hunian tetapi juga kawasan industri, pariwisata, bahkan membangun kota baru serta ada tiga aspek yang harus diperhatikan agar berhasil yakni ketersediaan lahan, tata ruang, dan yang terpenting infrastruktur.
“Pengembang dinilai berhasil apabila dapat memberikan nilai tambah dari tiga hal tesebut melalui karya yang dibangunnya,” jelas Soelaeman saat menyampaikan kiat agar sukses.
Soelaeman mengakui pasar properti saat ini terjadi pergeseran kalau dulu hal pertama yang harus dibeli setelah memiliki penghasilan adalah rumah tinggal, namun generasi sekarang (generasi milenial) hunian bukan lagi menjadi prioritas.
Generasi milenial lebih suka membelanjakan penghasilan untuk membeli gadget, ponsel pintar, dan perangkat pendukung lainnya, serta lebih memilih tinggal di tempat kos atau mengontrak kamar/ rumah namun dekat dengan aktivitas ekonomi.
“Generasi sekarang punya pemikiran yang lebih terbuka dan hasilnya sangat dahasyat, sudah saatnya pengusaha yang ingin terjun ke sektor properti memperhatikan fenomena ini apabila ingin ikut sukses,” jelas dia. ant