Keputusan siapakah yang akan direkomendasi PDIP dalam pemilihan Gubernur Jambi hingga kini belum ada kepastian. Saat ini masih dua nama itu-itu juga yang berebut tuah: Ratu Munawarah dan Safrial.
Namun condong mata Ketua DPD PDIP Provinsi Jambi, Edi Purwanto, agaknya lebih ke Ratu. Pesona Ratu tampak sungguh luar biasa di mata pemimpin muda ini. Meski janda mantan Gubernur Jambi Zulkifli Nurdin itu bukan kader PDIP, Edi bergeming. Lirikan mata dan sungging senyumnya menyiratkan restu ke Ratu.
Beda sikap Edi ke Safrial. Meski kader murni partai banteng, dia tak kuasa memastikan dirinya didukung partainya sendiri. Alih alih menerima restu, angin surga saja tak diberi. Khusus untuk urusan Safrial, Ketua DPRD ini selalu buang omongan; keputusan ada di pusat (DPP PDIP).
Nasib Safrial kayaknya tak beda dengan Cek Endra sebelum-sebelum ini; tunggang langgang memohon restu ketua umum partainya sendiri. Mereka Epigon. Tampak tak secemerlang Abdullah Sani, bakal rival mereka dalam pilgub ini, yang siap berlayar dengan atau tanpa perahu (PDIP) sekalipun.
Anehnya Edi, dia justru tampak lancar bicara tentang siapa yang didukungnya dalam pemilihan walikota (pilwako) Sungaipenuh. Lantang dia menegaskan dirinya mendukung kader partai, yang tak lain Ketua DPC PDIP Sungaipenuh, Hardizal, untuk bertarung di sana. Edi bahkan sesumbar akan mempertaruhkan jabatannya untuk memperjuangkan Hardizal ke DPP. Kan ngeri!
Boleh dikata, massa Hardizal tak seperti massa Safrial. Mereka jauh lebih agresif. Berani mendatangi Edi Purwanto. Mendesak ketua DPD ini agar mendukung kader sendiri, ketua DPC mereka, dalam pertarungan lima tahunan ini.
Agresifitas massa Hardizal di Sungaipenuh tersulut. Kasusnya sama dengan “skandal Edi dan Ratu”. Mereka mengira, Edi main mata dengan Fikar Azami, bakal calon walikota yang diisukan telah memborong habis partai untuk Pilwako Sungaipenuh. Termasuk PDIP.
Dihadapan massa Hardizal, Edi mengatakan, PDIP tak mungkin mendukung Fikar Azami. Sebab, sebagaimana titah Megawati, partai ini terlarang berkoalisi dengan Demokrat, PKS, Berkarya dan NasDem. Sementara Fikar sudah mantap dengan Demokrat. Dia juga didukung Berkarya. PDIP emoh segandengan dengan dua partai ini.
Alasan itu tak bisa disebut Edi ke Safrial. Sebab Safrial yang akan berpasangan dengan Fachrori Umar belum menerima rekomendasi satupun dari 4 partai yang terlarang bagi PDIP itu. PKS dan Berkarya sudah ke Al Haris-Abdullah Sani. Demokrat dan NasDem? Sampai kini masih abu-abu.
Kalau bukan itu alasannya, jadi apa lagi? Cuma Edi yang tahu penerapan standar ganda ini. Atau lagi-lagi barangkali Edi takut Safrial akan menjulang menyundul posisinya sebagai ketua, jika Safrial benar-benar menjadi wakil gubernur. Sejauh ini, cuma itu alasan logis yang berterima dengan situasi ini. Wallahu a’lam bishawab.
Penulis adalah Wartawan Senior, Nurul Fahmy