• REDAKSI
  • Pedoman Media Siber
Selasa, November 18, 2025
Aksipost.com
  • HOME
  • HEADLINE
  • HUKRIM
  • NASIONAL
  • ADVERTORIAL
  • DAERAH
  • DEMOKRASI
  • EKONOMI
  • MILENIAL
  • PENDIDIKAN
No Result
View All Result
  • HOME
  • HEADLINE
  • HUKRIM
  • NASIONAL
  • ADVERTORIAL
  • DAERAH
  • DEMOKRASI
  • EKONOMI
  • MILENIAL
  • PENDIDIKAN
No Result
View All Result
Aksipost.com
No Result
View All Result
PAN Jambi dan Politik Serobot–Serobot; “Partai yang Menjadi Mesin Pemburu Jabatan”

PAN Jambi dan Politik Serobot–Serobot; “Partai yang Menjadi Mesin Pemburu Jabatan”

18 November 2025
in DEMOKRASI

Oleh: Nazli (Humas DPD Gerindra Jambi)

Tidak berlebihan jika hari ini publik melihat PAN Jambi bukan lagi sebagai partai, melainkan alat perebut kekuasaan yang rakus dan tak tahu malu. Apa yang dilakukan PAN belakangan ini bukan sekadar manuver politik, itu adalah perampokan struktur, pencaplokan tokoh, dan pembajakan legitimasi pejabat tanpa sopan santun politik.

Berita Lainnya

Elpisina Janji Bawa 2 Isu Penting Warga Tempino Dalam Forum DPR

DPRD Provinsi Bahas Ulang Ranperda Tumpang Tindih

Hafiz Fattah Ajak Generasi Muda Kobarkan Semangat Persatuan

Dua kejadian terbaru adalah buktinya:
1. Para kepala daerah didorong jadi Ketua DPD PAN se-Jambi, seolah PAN buta bahwa partai itu seharusnya dipimpin kader, bukan pejabat yang ditarik paksa.
2. Penunjukan sepihak Dillah Hich sebagai Ketua DPD PAN Tanjabtim, meski ia sendiri terang-terangan menolak, bahkan mengaku tidak pernah memberikan persetujuan apa pun. Jika ini bukan politik serobot, apa namanya?

PAN Jambi kini terlihat seperti pedagang yang kehabisan stok dagangan, lalu memilih mencatut milik orang lain. Alih-alih membangun kader, mendidik tokoh, dan memperkuat basis partai, yang dilakukan PAN justru mengambil jalan pintas:
Seakan-akan seluruh bupati dan wali kota di Jambi adalah “aset bebas” yang bisa ditarik seenaknya. Seakan-akan pejabat publik itu milik PAN. Padahal pejabat itu dipilih rakyat, bukan dipinjamkan untuk kepentingan partai tertentu.

Langkah ini tidak menunjukkan kekuatan PAN. Ini menunjukkan keputusasaan PAN. Partai yang kuat mencetak kader. Partai yang lemah merebut pejabat untuk menutupi kelemahannya.

Skandal paling memalukan tentu terjadi di Tanjabtim. DPP PAN dengan percaya diri mengumumkan Dillah sebagai Ketua DPD PAN. Masalahnya?

Dillah tidak pernah setuju. Tidak pernah menyatakan akan masuk PAN. Bahkan secara terbuka menolak.

Pernyataan Dillah sangat jelas:
• “Saya tetap bersama Pak Prabowo.”
• “Saya tidak pernah menyatakan masuk PAN.”
• “Nama saya dicantumkan tanpa persetujuan saya.”

Tetapi apa reaksi PAN?
Biasa saja. Tak ada klarifikasi. Tak ada permintaan maaf. Tak ada upaya meluruskan. Seolah-olah PAN berhak memungut nama siapa pun demi kepentingannya.

Inilah yang disebut publik:partai yang semakin agresif tapi kehilangan rasa malu.
Tidak ada partai yang sehat berani mencatut nama seseorang tanpa persetujuan. Ini bukan manuver politik, ini pelecehan politik dan itu dilakukan secara terang-terangan.

Jika seorang bupati saja bisa “dipakai namanya” tanpa persetujuan, bayangkan bagaimana nasib kader-kader kecil yang bertahun-tahun berjuang dalam partai. Mungkin hanya dianggap “figuran” yang bisa dibuang kapan saja.

Kalau PAN berpikir mereka sedang mendirikan kerajaan politik yang kuat, mereka keliru besar, yang sedang PAN bangun justru:

• Kemarahan koalisi lama.
Gerindra, NasDem, PDIP pasti tidak tinggal diam melihat “partai lain” mencaplok bupati yang mereka usung.
• Kekecewaan kader internal.
Apa gunanya bertahun-tahun menjadi kader kalau kursi ketua malah jatuh ke pejabat yang bahkan tidak mau masuk PAN?
• Kekacauan internal yang menunggu meledak.
Mengambil orang yang tidak loyal jelas menunggu waktu sebelum konflik meledak. PAN mungkin merasa sedang menjadi raksasa politik Jambi. Padahal yang mereka bangun hanyalah raksasa berkaki kapas, besar di luar, rapuh di dalam.

Politik itu memang keras.Tapi keras tidak harus serampangan. Tegas tidak harus memaksa. Ambisius tidak harus mencatut nama orang seenaknya. Kasus Dillah Hich sudah menjadi noda besar.

Jika PAN tidak berhenti bermain model politik serobot-serobot seperti ini, publik akan mengingat satu hal: PAN bukan sedang menguat tapi PAN sedang mempermalukan dirinya sendiri. **

ShareTweetSend
Previous Post

Dari Medan, Tanah Deli Untuk Nusantara dan Dunia, Zikir Akbar Nasional Siap Menggema

Related Posts

Elpisina Janji Bawa 2 Isu Penting Warga Tempino Dalam Forum DPR

Elpisina Janji Bawa 2 Isu Penting Warga Tempino Dalam Forum DPR

4 November 2025
DPRD Provinsi Bahas Ulang Ranperda Tumpang Tindih

DPRD Provinsi Bahas Ulang Ranperda Tumpang Tindih

31 Oktober 2025
Intensitas Hujan Begitu Lebat, Warga Jambi Diminta Waspada Banjir

Hafiz Fattah Ajak Generasi Muda Kobarkan Semangat Persatuan

28 Oktober 2025
Pansus DPRD Provinsi Jambi Tuntut Gubernur dan 2 Bupati Bentuk Tim Independen

Pansus DPRD Provinsi Jambi Tuntut Gubernur dan 2 Bupati Bentuk Tim Independen

25 Oktober 2025
Musda II JMSI Provinsi Jambi Siap Digelar

Musda II JMSI Provinsi Jambi Siap Digelar

25 Oktober 2025
Samsul Riduan Tegaskan DPRD Kawal Anggaran Gaji 2.104 Honorer

Samsul Riduan Tegaskan DPRD Kawal Anggaran Gaji 2.104 Honorer

24 Oktober 2025
  • REDAKSI
  • Pedoman Media Siber

© 2024 PT Aksi Indah Pratiwi. All Rights Reserved. | Aksipost.com

No Result
View All Result
  • HOME
  • HEADLINE
  • HUKRIM
  • NASIONAL
  • ADVERTORIAL
  • DAERAH
  • DEMOKRASI
  • EKONOMI
  • MILENIAL
  • PENDIDIKAN

© 2024 PT Aksi Indah Pratiwi. All Rights Reserved. | Aksipost.com

Login to your account below

Forgotten Password?

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In