Muarasabak, AP – Haji Junaidi (45), warga RT 11 desa Air hitam laut, Kematan Sadu, Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim) adalah salah satu nelayan yang ikut sibuk mengantar jemput peserta ritual adat Mandi Safar yang dilaksanakan di pantai Babussalam, Rabu (15/11) kemarin.
Dengan kapal nelayan miliknya, Junaidi rela tidak melaut sejak lima hari lalu demi turut menyukseskan acara tahunan saban bulan Safar itu. Kepada media ini, Junaidi mengaku senang bisa ambil bagian dalam acara yang dihadiri ribuan warga itu.
Meski tak melaut, Junaidi tidak merasa rugi. Pasalnya, panitia juga membantu biaya bahan bakar bagi kapal motor 6GT miliknya. Sehari – hari Junaidi melaut di perairan Nipahpanjang dan Sadu. Namun jika sedang musim angin utara, Junaidi dan sejumlah rekannya lebih memilih mencari ikan di perairan Penuba Kabupaten Lingga bahkan sesekali sampai ke perairan Bangka Belitung.
Junaidi adalah nelayan yang terbilang sukses. Sekali melaut dengan masa jelajah 15 hari, Junaidi bisa mengantongi hasil hingga Rp 20 juta. “Biaya sekali jalan termasuk ransum sekarang sudah cukup mahal, tidak cukup empat juta sekali melaut,” keluhnya.
Junaidi tidak mengeluhkan BBM karena menurutnya di desanya cukup mudah membeli solar. “Tapi jaring kantong ini yang mahal sekali sekarang,” ucap nelayan khusus udang Agogo ini.
Sekali jalan Junaidi membawa empat pekerja yang diupahnya dengan rasio penghasilan. Junaidi bersama 24 rekannya sesama nelayan berharap pemerintah memperhatikan kesulitannya mendapatkan jaring kantong khusus udang agogo. fni