Batanghari, AP – Tingginya angka perceraian Di Kabupaten Batanghari disebabkan faktor ketidak harmonisan rumah tangga. Tercatat sepanjang dua tahun terakhir ini, perceraian dominasi oleh gugatan cerai istri kepada suami.
Dari data yang diperoleh dari Pengadilan Agama Muara Bulian, Perkara perceraian di Kabupaten Batangahri relatif tinggi. Pada tahun 2017 terdapat 580 perkara yang didaftarkan dan perkara perceraian yang diputuskan(Inchra) sebanyak 572 perkara. Sementara pada tahun 2018 ini, perkara masuk 339 dan diputus majelis hakim Pengadilan Agama Kelas IB Muarabulian sebanyak 300 perkara.
Ada banyak faktor penyebab perceraian di Bumi Serentak Bak Regam, Batanghari. Apalagi alasan perselisihan dan pertengkaran terus menerus menjadi faktor terbesar perceraian terjadi. Ada 179 perkara permohoanan perceraian dengan alasan pertengkaran. Alasannya lainnya adalah meninggalkan salah satu pihak berjumlah 78 perkara. Dan 25 perceraian perkara karena masalah ekonomi.
“Ketiga faktor itu mendominasi perkara cerai di Pengadilan Agama Kelas IB Muarabulian. Disamping ada juga alasan poligami, KDRT, Perselingkuhan, mabuk, madat, judi, dan murtad. Hanya saja angkanya tidak terlalu besar,” ungkap Ketua Pengadilan Agama Kelas I B Muarabulian, Elvin Nailan Melalui Humas Pengadilan agama Taufik Rahayu Syam, Minggu (21/10).
Menurut Evin, Kebanyakan gugatan berasal dari wanita. pengajuan gugatan cerai dari pihak wanita biasanya disebabkan tidak adanya tanggung jawab dari suaminya. “Sang suami biasanya tidak memberikan nafkah sehingga percekcokan dan perselisihan terus terjadi di rumah tangga.”sebutnya
Dari jumlah perkara yang ada, terdapat belasan perkara perceraian dikalangan pegawai negeri sipil (PNS). Pada tahun 2017 sebanyak 4 suami mengajukan cerai talak, sementara 13 istri mengajukan cerai gugat. Sedangkan hingga Agustus 2018, terdapat 2 cerai talak yang diajukan suami berstatus PNS dan 4 cerai gugat. Sup