Muarasabak, AP – Dari hasil Dua limpah sample ternak sapi milik warga di Kelurahan Tanjung Solok, Kecamatan Kuala Jambi, yang mati belum lama ini, positif terserang virus jembranan. Hal ini disampaikan Kepala Dinas Peternakan dan Perkebunan Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim), Radjito, yang didampingi Kabid Kesehatan Hewan, drh. Adam. “Sample itu kita kirim ke laboratorium Balai Veterinir Bukittinggi Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementrian Pertanian Republik Indonesia, dan hasilnya positif,” katanya saat ditemui diruang kerjanya, Selasa (14/11) kemarin.
Dijelaskannya, dari hasil labor tersebut, pihaknya langsung melakukan upaya-upaya pengobatan kepada ternak-ternak sapi yang ada di Kecamatan Kuala Jambi, dengan cara memberikan vitamin kepada sapi yang sehat. Saat ini pihaknya sudah memberikan vitamin terhadap 123 ekor sapi. “Hal itu dilakukan, agar sapi-sapi yang sehat tidak terserang lagi oleh virus jembrana tersebut. Sampai dengan tanggal 9 November lalu, ada 10 sapi mati yang terserang virus jembrana,” jelas Radjito.
Selain upaya tersebut, antisipasi lainnya yang juga dilakukan, yaitu untuk sementara jangan ada warga yang membawa keluar dan masuk sapi ke daerah itu. Hal itu dilakukan untuk mengeliminir serang virus jembrana pada sapi yang lainnya. “Kita baru saja pulang dari lokasi, dan sudah kami sampaikan ke warga sekitar, jangan ada dulu sapi yang masuk maupun keluar dari Kelurahan Tanjung Solok itu. Yang jelas itu upaya antisipasi kami, karena Pak Bupati minta kita lakukan upaya-upaya untuk menekan dan mengontrol terus, agar tidak ada lagi sapi yang mati,” terangnya.
Diceritakannya, masuknya virus ini berawal dari Purwa, warga Kelurahan Tanjung Solok, yang membeli sapi dari Kebun Kolim Tangkit, Kabupaten Muaro Jambi. Sapi yang dibelinya, yaitu sapi bali berjenis kelamin jantan berumur Tujuh bulan. Tepat pada tanggal 15 Oktober 2017 lalu, sapi tersebut mati, dan disusul pada tanggal 22 Oktober 2017 sapi yang lainnya yang dipelihara Bapak Purwo juga ikut mati. “Setelah itu, secara berturut-turut sapi yang lainnya juga mati. Kmudian kita turun ke lapangan dan membongkar isi perut sapi untuk dijadikan sample, dan hasilnya positif,” sebutnya.
Untuk penularan virus jembrana itu sendiri, kata Radjito, melalui binatang terbang maupun yang lainnya, seperti lalat pengisap darah, caplak maupun nyamuk. Binatang tersebut awalnya menghisap darah sapi yang terjangkit virus dan berpindah ke sapi yang sehat, itu lah makanya sapi-sapi yang lain juga terjangkit. “Namun virus ini hanya menular kepada hewan, tidak menular kepada manusia,” ungkapnya.
Ditambahkannya, untuk virus jembrana ini sudah tersebar di kabupaten/kota yang ada di Provinsi Jambi. Seperti Sarolangun, Tebo, Bungo, Batanghari, Muaro Jambi dan Tanjabtim. “Dari Kabupaten lainnya, kita yang cepat tanggap dan melakukan upaya-upaya pengobatan,” ucapnya.
Semantara, Kabid Keswan, drh. Adam menyampaikan, virus jembrana itu hanya menyerang sapi bali. Karena sapi bali itu genetiknya sangat rentan terjangkit virus jembrana. Virus jembrana itu juga, diambil dari nama daerah di Bali. “Virus jembrana ini biasanya menyerang sistem kekebalan tubuh. Jika kekebalan tubuh menurun, sangat rentan terserang penyakit. Makanya kita memberikan vitamin, agar kekebalan tubuhnya tidak menurun,” ujarnya.
Saat ditanya, apakah ternak sapi yang terjangkit virus jembrana ini bisa dikonsumsi dagingnya sebelum disembelih ? Dikatakan drh. Adam, boleh. Namun sebelumnya, organ jeroan yang rusak diambil dulu, setelah itu boleh dikonsumsi. “Karena virus ini tidak menularkan dari sapi ke manusia,” tukasnya. fni